Tugas Kelompok :
1. Agnes Sekar Mahardhika
(10113329)
2. Dita Logiarti (12113607)
Judul :
Kahve
Penulis :
Yuu Sasih
Penerbit : dee Teens
Tahun Terbit : 2015
Jumlah halaman : 240 halaman
“ Kamu sudah tahu.. tapi menolak untuk
tahu. Beberapa kamu memang tidak tahu, tapi kamu memutuskan untuk tidak mencari
tahu.. Tidak semua hal harus muncul di depanmu sebagai jawaban utuh, Kencana.
Kadang kamu harus mencari.”
Misterius dan membingungkan, dua kata yang layak untuk
menggambarkan Kahve. Plotnya yang disusun secara maju-mundur dari tahun 2013 ke
tahun 2005, kemudian tahun 2006, lalu balik lagi ke tahun 2013, dan seterusnya,
membuat saya sebagai pembaca menjadi penasaran. Terlebih penulis menyajikan
suasana yang abu-abu dan menebar teka-teki di hampir semua bagian novel. Seperti ketika Linda muncul di tahun 2013,
padahal di tahun 2006 ia menghilang. Novel ini
sedikit sekali memberikan gambaran secara garis besar ide ceritanya, pembaca
diajak untuk bersabar perlahan membuka lapisan-lapisan misteri yang sudah dirancang
oleh penulisnya. Dari awal, pembaca sudah ditantang untuk
menalarkan sendiri rangkaian kisah yang dituturkan oleh penulis. Bagian
paruh pertama pasti pembaca meraba-raba plot dan ide cerita dalam novel ini. Tak jarang beberapa kali salah menebak. Salah satu
kelebihan dari penulisnya adalah mampu menggiring persepsi pembaca (ke arah
yang salah) dan ketika rahasia besarnya diungkap. Nilai
plus dari buku ini selain ceritanya yang unik dan susah ditebak adalah
penuturannya yang enak dibaca.
Sayang karakterisasi
dalam novel ini masih kurang. Bahkan untuk Kencana sebagai karakter utama
kurang digali. Alurnya juga sedikit membingungkan, apalagi jika baru pertama
kali membaca. Penulis tidak bercerita banyak tentang kondisi yang dialami oleh
Kencana. Pada bagian akhir novel, kita pasti memikirkan ada hal yang janggal
seperti keberadaan tokoh yang bernama Farras yang hilang tiba-tiba.
Novel ini
dibuat oleh seorang mahasiswi psikologi yang memutuskan masuk ke jurusan itu
karena ingin bisa membuat tokoh cerita berkepribadian keren. Nyatanya, belajar
pikologi membutnya berkenalan dengan banyak isu sosial yang selama ini kurang
mendapatkan perhatian, seperti gender dan seksualitas. Berbekal semua pelajaran
yang pernah ia dapatkan, perempuan kelahiran Malang ini akhirnya memasukkan
isu-isu sosial tersebut ke dalam setiap
karyanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar