Minggu, 27 Desember 2015

TUGAS SOFTSKILL
Proposal Penelitian Pengaruh Jejaring Sosial terhadap Motivasi Belajar dan Aktivitas Remaja



DITA LOGIARTI
12113607
3KA07
DOSEN: SANGSANG SANGABAKTI







Bab I
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang Masalah

Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi tingkat keefektifan belajar seorang remaja, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal seperti suasana hati, kemalasan, semangat, dan kesehatan, serta faktor eksternal seperti lingkungan pertemanan, keluarga, kampus, kondisi cuaca, tenaga pengajar, ketersediaan fasilitas, dan teknologi, dapat mempengaruhi keefektifan belajar remaja. Di samping itu, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini penulis menyadari pesatnya perkembangan teknologi, terutama di kalangan anak muda, dan khususnya di lingkup remaja. Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, peningkatan jumlah pengguna internet pun juga meningkat tajam. Bersamaan dengan itu, tak dapat dipungkri lagi bahwa jumlah pengguna jejaring sosial juga meningkat.

Berdasarkan data dari UNICEF tahun 2014, pengguna internet di Indonesia yang berasal dari kalangan remaja mencapai 30 juta jiwa, dan bisa dipastikan lebih dari 70 persen dari angka tersebut merupakan pengguna internet aktif yang memiliki setidaknya satu akun jejaring sosial. Data tersebut mencakup remaja baik itu yang kuliah maupun yang tidak. Dari angka yang spektakuler ini penulis berasumsi bahwa internet dan jejaring sosial, atau media sosial, sedikit-banyak telah memberikan dampak terhadap remaja Indonesia. Tidak hanya dalam kehidupan umum saja, namun dampak dari jejaring sosial juga sudah mulai dirasakan dalam dunia pendidikan. Dampak tersebut mencakup dampak yang positif maupun dampak yang negatif. Oleh karenanya, di dalam penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti dampak dari media sosial tersebut terhadap remaja.


1.2  Identifikasi Masalah
Apa saja dampak yang dapat ditimbulkan oleh jejaring sosial terhadap remaja?

1.3  Pembatasan Masalah
Adanya situs-situs dan aplikasi-aplikasi jejaring sosial dapat memengaruhi kehidupan siswa/mahasiswa, baik itu kehidupan secara umum maupun dalam dunia pendidikan/perkuliahan.

1.4  Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Adakah dampak positif dari jejaring sosial terhadap motiivasi belajar remaja?
2.      Bagaimana dampak dari jejaring sosial terhadap motivasi belajar remaja?

1.5  Tujuan Penelitian
Secara terperinci, tujuan dari penulisan dan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Mencari tahu pengaruh jejaring sosial terhadap motivasi belajar remaja.
2.      Menginformasikan kepada pembaca mengenai apa itu jejaring sosial dan apa saja pengaruhnya.
3.      Membantu merumuskan alternatif-alternatif solusi terhadap permasalahan yang ditimbulkan oleh jejaring sosial.

1.6  Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis ingin menyampaikan kepada pembaca tentang dampak positif dan negatif apa saja yang dapat ditimbulkan media sosial terhadap proses belajar remaja. Ke depannya, supaya data-data dalam penelitian ini dapat berguna untuk bahan pertimbangan guna mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh media sosial, serta lebih jauh lagi, diharapkan penelitian ini dapat juga meningkatkan produktifitas dan motivasi belajar remaja sehingga meningkatkan prestasi mereka.




Bab II
Kajian Teori

Jejaring sosial atau media sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain sebagainya. Jejaring sosial sebagai struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan di mana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Istilah ini diperkenalkan oleh profesor J.A. Barnes di tahun 1954.
Dengan berkembangnya dunia teknologi, saat ini banyak situs-situs jejaring sosial yang menyedot perhatian banyak massa. Sebut saja Facebook dan Twitter yang belakangan ini sangat digandrungi anak kecil, remaja maupun dewasa. Sudah dapat dipastikan situs jejaring sosial ini memiliki dampak positif dan negatif bagi penggunanya itu sendiri. Pemanfaatan internet akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Media internet tidak lagi hanya sekedar menjadi media berkomunikasi semata, tetapi juga sebagai bagian tak terpisahkan dari dunia bisnis, industri, pendidikan dan pergaulan sosial. Khusus mengenai jejaring sosial atau pertemanan melalui dunia internet, atau lebih dikenal dengan social network pertumbuhannya sangat mencengangkan.
Bentuk kolaborasi antara lain adalah:
·         Saling bertukar pendapat/komentar.
·         Mencari teman.
·         Saling mengirim surel.
·         Saling memberi penilaian
·         Saling bertukar dokumen, dan lain sebagainya.


  • Macam-Macam Situs Jejaring Sosial
1.      Jaringan sosial di internet
Jejaring sosial atau jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.
Ada banyak situs penyedia layanan jejaring sosial di internet, mulai dari yang sangat booming sampai yang biasa-biasa saja. Keadaan ini bisa saja berubah seiring waktu. Di mana satu jejaring sosial lebih banyak diminati disbanding jejaring sosial yang lain. Namun pada fungsi dasarnya, jejaring sosial ini sama saja, hanya beda fitur dan peruntukannya.

2.      Facebook
Facebook adalah website jaringan sosial di mana para pengguna dapat bergabung dalam komunitas seperti kota, kerja, sekolah, dan daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain. Orang juga dapat menambahkan teman-teman mereka, mengirim pesan, dan memperbarui profil pribadi agar orang lain dapat melihat tentang dirinya.

3.      Twitter
Twitter adalah salah satu layanan social networking dan saat ini merupakan layanan sangat terkenal terutama di Amerika Serikat dan Eropa. Twitter ini berfungsi sebagai microblog, atau blog dengan skala yang kecil, di mana para penggunanya dibatasi untuk menggunakan hanya 140 karakter huruf di dalam setiap tulisan (tweet) mereka.

4.      Instagram
Instagram mulai booming pada tahun 2013 saat pihak pengembangnya mulai melebarkan sayap platform aplikasi Instagram dari iOS ke Android. Berbeda dari Facebook dan Twitter, Instagram digunakan untuk berbagi momen lewat foto. Meskipun pada Facebook dan Twitter kita juga dapat membagikan foto, namun jejaring sosial Instagram hanya dikhususkan untuk foto saja. Namun pada akhirnya Instagram dibeli oleh Facebook.

Dampak Jejaring Sosial
Akhir-akhir ini banyak dijumpai pemberitaan di media cetak dan elektronik yang memberitakan tentang penyalahgunaan situs jejaring sosial. Beberapa berita yang paling hangat adalah kasus seorang anak remaja laki-laki yang membawa kabur seorang anak remaja perempuan yang dikenal lewat situs jejaring sosial. Selain itu penyalahgunaan situs jejaring sosial juga digunakan sebagai ajang prostitusi di kalangan remaja. Selain kedua hal tersebut, masih banyak lagi masalah-masalah yang ditimbulkan dari situs pertemanan sosial. Keadaan ini sungguh sangat ironis dengan tujuan utama situs jejaring sosial itu dibuat, yakni untuk memperluas hubungan sosial, untuk kebutuhan konsumen atau pemakai, menekankan pada sisi sosial atau eksternal, serta lebih diutamakan sisi emosionalnya.
Setidaknya, ada beberapa dampak negatif dari situs jejaring sosial:
1.      Membuat Seseorang Menjadi Penyendiri dan Susah Bergaul
Situs jejaring sosial di internet membuat penggunanya memiliki dunia sendiri, sehingga tidak sedikit dari mereka tidak peduli dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Seseorang yang telah kecanduan situs jejaring sosial sering mengalami hal ini. Yang mengakibatkan dirinya tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya lagi.

2.      Kurangnya Sosialisasi dengan Lingkungan
Hal ini cukup mengkhawatirkan bagi perkembangan kehidupan sosial peserta didik (siswa). Mereka yang seharusnya belajar sosialisai dengan lingkungan justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk berselancar di dunia maya bersama teman teman di komunitas jejaring sosialnya, yang rata-rata membahas sesuatu yang tidak penting. Akibatnya kemampuan interaksi siswa menurun.

3.      Berkurangnya Waktu Belajar Siswa
Hal ini sudah jelas, karena dengan mengakses internet dan membuka situs jejaring sosial siswa akan lupa waktu, sehingga yang dikerjakannya hanyalah itu-itu saja.

4.      Mengurangi kinerja.
Banyak karyawan perusahaan, dosen, mahasiswa yang bermain situs jejaring sosial pada saat sedang bekerja. Mau diakui atau tidak pasti mengurangi waktu kerja. Sebenarnya bisa dikurangi akibatnya jika kita bisa memanage waktu yaitu bermain situs jejaring sosial ketika istirahat. Saya sendiri mengharamkan situs jejaring sosial bagi diri saya ketika saya sedang di institut. Hari senin sampai jum’at dari jam 9 sampai jam 18 adalah waktu terlarang bagi saya untuk membuka situs jejaring sosial.

5.      Berkurangnya perhatian terhadap keluarga.
Mau diakui atau tidak ini terjadi jika kita membuka situs jejaring sosial saat sedang bersama keluarga. Sebuah riset di inggris menunjukan bahwa orang tua semakin sedikit waktunya dengan anak-anak mereka karena berbagai alasan. Salah satunya karena situs jejaring sosial. Bisa terjadi sang suami sedang menulis wall, si istri sedang membuat koment di foto sementara anaknya diurusi pembantu. Saya termasuk orang kolot dalam hal ini. Saya akan membatasi diri saya dan keluarga saya untuk sekedar bermain situs jejaring sosial atau sms-an yang tidak penting saat bersama keluarga.

6.      Tergantikanya kehidupan sosial.
Situs jejaring sosial sangat nyaman sekali. Saking nyamannya sebagian orang merasa cukup dengan berinteraksi lewat facebook sehingga mengurangi frekuensi ketemu muka. Ada sebuah hal yang hilang dari interaksi seperti ini. Bertemu muka sangat lain dan tidak seharusnya digantikan dengan bertemu di dunia maya. Obrolan, tatapan mata, ekspresi muka, canda lewat ketawa tidak bisa tergantikan oleh rentetan kata-kata bahkan video sekalipun.

7.      Batasan ranah pribadi dan sosial yang menjadi kabur.
Dalam situs jejaring sosial kita bebas menuliskan apa saja, sering kali tanpa sadar kita menuliskan hal yang seharusnya tidak disampaikan ke lingkup sosial. Persoalan rumah tangga seseorang tanpa sadar bisa diketahui orang lain dengan hanya memperhatikan status dari orang tersebut.

8.      Tersebarnya data penting yang tidak semestinya.
Seringkali pengguna situs jejaring sosial tidak menyadari beberapa data penting yang tidak semestinya ditampilkan secara terbuka. Seperti sudah dijelaskan dalam artikel tentang keamanan situs jejaring sosial, default dari info kita seharusnya tertutup dan tidak tertampil. Kalau memang ada yang perlu baru dibuka satu per satu sesuai kebutuhan.

9.      Pornografi.
Sebagaimana situs jejaring sosial lainnya tentu ada saja yang memanfaatkan situs semacam ini untuk kegiatan berbau pornografi.

10.  Pemanfaatan untuk kegiatan negatif.
Walupun telah diatur dalam peraturan penggunaan situs jejaring sosial, tetap saja ada pihak yang memanfaatkan situs jejaring sosial untuk kegiatan negatif melalui group ataupun pages.

11.  Kesalahpahaman.
Situs jejaring sosial merupakan jaringan sosial yang sifatnya terbuka antara user dan teman-temannya. Seperti kehidupan nyata gosip atau informasi miring dengan cepat juga dapat berkembang di jaringan ini. Haruslah disadari menulis di status, di wall dan komentar diberbagai aplikasi adalah sama saja seperti obrolan pada kehidupan nyata bahkan efeknya mungkin lebih parah karena bahasa tulisan terkadang menimbulkan salah tafsir. Sudah ada kasus pemecatan seorang karyawan gara-gara menulis yg tidak semestinya di situs jejaring sosial, juga terjadi penuntutan ke meja pengadilan gara-gara kesalahpahaman di situs jejaring sosial.

12.  Mempengaruhi kesehatan (masih perdebatan).
Sebuah artikel di media inggris menyebutkan situs jejaring sosial dapat meningkatkan stroke dan penyakit lainnya. Alasan yang dikemukakan menurut saya masih perlu dikaji lagi. Kalau menurut pendapat saya bukan karena situs jejaring sosialnya tetapi karena kebiasaan duduk berlama-lama di depan komputer.

13.  Penipuan.
Seperti media online lainnya, situs jejaring sosial juga rentan dimanfaatkan untuk tujuan penipuan. Kita tidak akan tahu sebenarnya siapa dibalik account situs jejaring sosial. Orang dengan mudah membuat account baru untuk keperluan yang tidak baik. Ada yang menggunakan modus berkenalan dan akhirnya menjadi akrab di dunia maya yang ternyata ujung-ujungnya digunakan untuk melakukan penipuan atau tindakan kriminal lainnya.
Di samping dampak-dampak negatif yang telah disebutkan di atas, jejaring sosial juga memberikan manfaat bagi para menggunanya. Dampak positif dari situs jejaring sosial adalah sebagai berikut:
1.      Memperluas jaringan pertemanan, dengan situs jejaring sosial bisa mendapat teman-teman baru, namun ada juga yang sepertinya kurang bermaksud baik.
2.      Mempererat tali silaturahmi, dengan situs jejaring sosial bertemu kawan-kawan lama dan akhirnya komunikasi dapat berlanjut hingga sekarang, sampai-sampai bisa mengadakan reuni kecil-kecilan.
3.      Cepat mendapatkan informasi terkini tentang teman kita.
4.      Media refreshing, member selalu bisa menjadi lebih rileks ketika membuka situs jejaring sosial.
5.      Meningkatkan angka penjualan, bagi yang memiliki bisnis atau usaha situs jejaring sosial merupakan media promosi yang gratis dan sangat efektif bagi usaha.
6.      Dalam situs jejaring sosial banyak terdapat kuis yang bermanfaat untuk mengetahui lebih banyak tentang siapa sih kita sebenarnya. Namun, kita juga harus tetap waspada, sebagian kuis yang terdapat dalam situs jejaring sosial mengandung unsur – unsur ramalan.
7.      Sarana diskusi, di situs jejaring sosial kita bisa bergabung dengan berbagai komunitas / grup.


  • Korelasi antara Jejaring Sosial terhadap Motivasi Belajar dan Aktivitas
Banyak masalah yang ditimbulkan jejaring sosial di kehidupan nyata, terlebih dampak nyatanya pada dunia pendidikan. Motivasi siswa kini menurun, prestasi belajarnyapun menurun, dan minat siswa untuk mengikuti pelajaran juga mulai mengalami penurunan. Kurangnya waktu belajar juga merupakan implikasi dampak negatif dari situs jejaring sosial. Masalah-masalah tersebut dapat saja diatasi dengan jalan melarang siswa atau anak didik untuk tidak menjadi pengguna jejaring sosial. Tapi, apa hanya sampai di situkah pengawasan yang dilakukan?
Menurut pengamat sosial media dan teknologi informasi Nukman Luthfie, selain harus waspada, orang tua juga harus mempelajari secara mendalam media sosial ini demi masa depan anak-anak. Berdasarkan penelusurannya, ditemukan fakta bahwa dari 17,6 juta pemilik akun jejaring sosial facebook berasal dari Indonesia, dan 360.000 orang di antaranya berumur 13 tahun.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang tua sebagai langkah untuk menjaga anak-anak mereka dari dampak negatif situs jejaring sosial, di antaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, berupaya belajar tentang internet serta situs jejaring sosial yang ada di internet tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar setidaknya para orang tua mengetahui seperti apa teknologi sekarang ini, dan bisa mengawasi anaknya pada saat berselancar di internet. Kedua, beritahukan tentang bahaya yang mengintai dalam penggunaan situs jejaring sosial. Hal ini akan membuat anak menjadi lebih berhati-hati dalam menggunakan jejaring sosial tersebut, dan mengerti batasan-batasannya. Ketiga, sebisanya dampingi anak saat berselancar di dunia maya, terlebih pada saat anak tersebut membuka situs jejaring sosial. Keempat, tidak memberikan telepon seluler yang dapat mengakses internet pada anak yang belum cukup umur.
Dampak situs jejaring sosial mungkin lebih banyak dirasakan oleh kalangan remaja, karena sebagian besar pengguna jejaring sosial adalah dari kalangan remaja pada usia sekolah. Karena sangat mudah menjadi anggota dari situs jejaring sosial, maka tidak heran jika banyak orang baik sengaja ataupun hanya coba-coba mendaftarkan dirinya menjadi pengguna situs jejaring sosial tersebut. Tidak butuh waktu lama akan menjadi kebiasaan untuk mengakses dan membuka situs-situs jejaring sosial tersebut, dan berinteraksi secara pasif di dalamnya. Akibatnya pengguna dalam hal ini peserta didik (siswa) bisa lupa waktu karena terlalu asyik dengan kegiatannya di dunia maya tersebut.
Yang paling menghawatirkan adalah bahwa pada era teknologi dan globalisasi seperti sekarang ini, telepon seluler yang dulunya hanya berfungsi sebagai alat penerima dan pemanggil jarak jauh, kini dapat digunakan untuk mengakses internet dan situs jejaring sosial.Jadi siswa tidak perlu lagi ke warnet untuk mengakses situs pertemanan, melainkan dapat mengaksesnya langsung di telepon seluler mereka.Hal ini semakin menambah banyak kasus penyalahgunaan situs jejaring sosial untuk hal yang tidak sesuai dengan aturan.
Tidak hanya siswa, para mahasiswapun tidak luput dari dampak situs jejaring sosial ini. Sebuah penelitian terbaru dari Aryn Karpinski, peneliti dari Ohio State University, menunjukkan bahwa para mahasiswa pengguna aktif jejaring sosial seperti facebook ternyata mempunyai nilai yang lebih rendah daripada para mahasiswa yang tidak menggunakan situs jejaring sosial facebook. Dari 219 mahasiswa yang diriset oleh Karpinski, 148 mahasiswa pengguna situs facebook ternyata memiliki nilai yang lebih rendah daripada mahasiswa non pengguna. Menurut Karpinski, memang tidak ada korelasi secara langsung antara jejaring sosial seperti facebook yang menyebabkan nilai para mahasiswa atau pelajar menjadi jeblok. Namun diduga jejaring sosial telah menyebabkan waktu belajar para siswa atau mahasiswa tersita oleh keasyikan berselancar di situs jejaring sosial tersebut. Para pengguna jejaring sosial mengakui waktu belajar mereka memang telah tersita. Rata-rata para siswa pengguna jejaring sosial kehilangan waktu antara 1 – 5 jam sampai 11 – 15 jam waktu belajarnya per minggu untuk bermain jejaring sosial di internet.
Berdasarkan hasil riset Yahoo di Indonesia yang bekerja sama dengan Taylor Nelson Sofres pada tahun 2009, pengguna terbesar internet adalah usia 15-19 tahun, sebesar 64 persen. Riset itu dilakukan melalui survei terhadap 2.000 responden. Sebanyak 53 persen dari kalangan remaja itu mengakses internet melalui warung internet (warnet), sementara sebanyak 19 persen mengakses via telepon seluler. Sebagai gambaran, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pada 2009 menyebutkan, pengguna internet di Indonesia diperkirakan mencapai 25 juta. Pertumbuhannya setiap tahun rata-rata 25 persen. Riset Nielsen juga mengungkapkan, pengguna Facebook pada 2009 di Indonesia meningkat 700 persen dibanding pada tahun 2008. Sementara pada periode tahun yang sama, pengguna Twitter tahun 2009 meningkat 3.700 persen. Sebagian besar pengguna berusia 15-39 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa memang benar adanya pengguna situs jejaring sosial adalah dari kalangan remaja usia sekolah.
Motivasi dan prestasi belajar siswa dapat menurun karena situs jejaring sosial. Buktinya pada penelitian yang dilakukan oleh Aryn Karpinski yang sudah ditulis di bagian atas. Prestasi belajar dalam hal ini nilai siwa menurun akibat terlalu sering membuka situs jejaring sosial di internet. Hal ini mungkin karena motivasi belajar siswa tersebut juga menjadi berkurang karena lebih mementingkan jejaring sosialnya daripada prestasi belajarnya sendiri. Motivasi sangat memegang pengaruh yang penting terhadap siswa, karena dengan motivasi siswa tersebut dapat menyadari betapa pentingnya belajar untuk kehidupan yang akan datang. Motivasi juga berpengaruh terhadap pencapaian cita-cita siswa yang mungkin telah tertanam sejak siswa itu memiliki cita-cita. Untuk itulah motivasi belajar siswa perlu dipertahankan dan jangan sampai motivasi tersebut menurun akibat dari penggunaan sius jejaring sosial yang semakin menghawatirkan.




BAB III
Metodelogi Penelitian

A.    Lokasi dan Tempat Penelitian
Lokasi dan tempat penelitian akan dilaksanakan di Depok, 01 Januari 2016.

B.     Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah analisis deskripsi yaitu analisis yang membandingkan dengan jelas mengenai dampak positif dan negatif jejaring social dalam terhadap motivasi belajar dan aktivitas remaja.

C.    Instrumen Penelitian
Instrument penelitian ini berupa kuesioner.

D.    Analisis Data
Untuk memudahkan penelitian dan jawaban kuisioner yang disebarkan kepada responden, maka dapat diketahui pertanyaan responden terhadap implementasi pengaruh jejaring sosial terhadap motivasi belajar dan aktivitas remaja maka dapat dibuat kriteria skala likert sebagai berikut :
Skala Likert
Jawaban
Skala Nilai
Sangat Baik
5
Baik
4
Kurang Baik
3
Tidak Baik
2
Sangat Tidak Baik
1



DAFTAR PUSTAKA



Sabtu, 14 November 2015

Perkembangan Startup di Indonesia

Apa itu Startup? Mungkin masih banyak orang yang belum memahami istilah ini. Kata Startup sendiri merupakan serapan dari Bahasa Inggris yang berarti tindakan atau proses memulai sebuah organisasi baru atau usaha bisnis. Menurut Wikipedia, Startup merujuk pada perusahaan yang belum lama beroperasi. Perusahaan-perusahaan ini sebagian besar merupakan perusahaan yang baru didirikan dan berada dalam fase pengembangan dan penelitian untuk menemukan pasar yang tepat.

Defenisi di atas mungkin lebih pada terminologinya, namun menurut penulis akan lebih mudah jika istilah Startup diartikan sebagai perusahaan baru yang sedang dikembangkan. Mulai berkembang akhir tahun 90an hingga tahun 2000, nyatanya istilah Startup banyak “dikawinkan” dengan segala yang berbau teknologi, web, internet dan yang berhubungan dengan ranah tersebut. Kenapa itu bisa terjadi?

Kembali melihat ke belakang  ternyata hal tersebut terjadi dikarenakan istilah Startup sendiri mulai popular secara internasional pada masa buble dot-com, lalu apa lagi buble dot-com  itu? fenomena buble dot-com adalah ketika pada periode tersebut (1998-2000) banyak perusahaan dot-com didirikan secara bersamaan.

Pada masa itu sedang gencar-gencarnya perusahaan membuka website pribadinya. Makin banyak orang yang mengenal internet sebagai ladang baru untuk memulai bisnisnya. Dan waktu itu pula lah, Startup lahir dan berkembang. Namun menurut Ronald Widha dari TemanMacet.com, Startup tidak hanya perusahaan baru yang bersentuhan dengan teknologi, dunia maya, aplikasi atau produk tetapi bisa juga mengenai jasa dan gerakan ekonomi rakyat akar rumput yang bisa mandiri tanpa bantuan korporasi-korporasi yang lebih besar dan mapan.

Setelah berputar-putar mencari informasi tentang Startup lewat bantuan mbah Google, ada informasi mengenai karakteristik dari sebuah perusahaan yang dapat di golongkan sebuah stratup. Beberapa karakteristik perusahaan Startup tersebut di antaranya:


  • Usia perusahaan kurang dari 3 tahun
  • Jumlah pegawai kurang dari 20 orang
  • Pendapatan kurang dari $ 100.000/tahun
  • Masih dalam tahap berkembang
  • Umumnya beroperasi dalam bidang teknologi
  • Produk yang dibuat berupa aplikasi dalam bentuk digital
  • Biasanya beroperasi melalui website


Dari karakteristik tersebut mungkin nampak bahwa stratup lebih condong ke perusahaan yang bergerak di bidang teknologi dan web. Namun faktanya memang seperti itu, kini perkembangan perusahaan yang lazim dilabeli nama Stratup adalah perusahaan yang berkenaan dengan dunia tekno dan online.

Perkembangan Dunia Startup di Indonesia
Perkembangan Startup di Indonesia bisa dikatakan cukup pesat menggembirakan. Setiap tahun bahkan setiap bulan banyak founder-founder (pemilik) Startup baru bermunculan. Menurut dailysocial.net, sekarang ini terdapat setidaknya lebih dari 1500 Startup lokal yang ada di Indonesia. Potensi pengguna internet Indonesia yang semakin naik dari tahun ke tahun tentunya merupakan suatu lahan basah untuk mendirikan sebuah Startup.

Berdasarkan beberapa riset, pada tahun 2013 saja diperkirakan pengguna internet di Indonesia mencapai 70 juta orang, bisa dibayangkan berapa jumlah user internet Indonesia beberapa tahun kedepan. Selain itu daya beli masyarakat yang meningkat seiring dengan naiknya pendapatan perkapita masyarakat negeri ini ikut mempengaruhi perkembangan industri digital.

Menurut Rama Mamuaya, CEO dailysocial.net, Startup di Indonesia digolongkan dalam tiga kelompok yaitu Startup pencipta game, Startup aplikasi edukasi serta Startup perdagangan seperti e-commerce dan informasi. Menurutnya Startup game dan aplikasi edukasi punya pasar yang potensial dan terbuka di Indonesia. Hal ini dikarenakan proses pembuatan game dan aplikasi edukasi relatif mudah.

Dengan berkembangnya media sosial dan smartphone, pasar untuk mobile game dan social game semakin besar. Sementara itu untuk aplikasi atau website yang bergerak di bidang e-commerce dan informasi, Rama menilai tantangannya di Indonesia masih cukup besar dikarenakan masih minimnya penggunaan kartu kredit. Namun untuk yang berbau informasi atau berita berbagai tema, perkembangannya justru jauh lebih pesat lagi.

Di Indonesia sekarang ini telah banyak berdiri komunitas founder-founder Startup. Seperti Bandung Digital Valley (bandungdigitalvalley.com), Jogja Digital Valley (jogjadigitalvalley.com), Ikitas (www.ikitas.com) Inkubator Bisnis di Semarang, Stasion (stasion.org) wadah bagi Startup lokal kota Malang, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dengan adanya komunitas ini tentunya akan memudahkan para founder untuk saling sharing, membimbing bahkan untuk menjaring investor. Para founder dapat pula mengikuti kompetisi yang diadakan oleh beberapa perusahaan seperti Telkom untuk menjadi investor mereka.

Hal yang paling utama untuk mendirikan Startup adalah tim yang solid, karena dengan adanya tim yang solid bisa memunculkan ide-ide baru yang kreatif dan inovatif. Dengan ide dan eksekusi yang tepat, tentunya para founder tidak akan kesulitan menarik minat masyarakat maupun mencari investor.
Dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh wartawan Warta Ekonomi kepada Molly Nagler (Startup Mentor di Silicon Valley), Molly mengatakan bahwa hampir semua Startup gagal, namun kegagalan itu tidak harus dipandang sebagai sesuatu yang negatif karena masih banyak sisi positif didalamnya. Maksudnya adalah jika founder Startup gagal saat melakukan eksekusi maka ia berkesempatan untuk belajar sesuatu yang baru dan ilmu baru, seperti konsep trial and error pada umumnya.

Startup-Startup lokal yang kini sudah mencetak sukses di dunia maya diantaranya Kaskus dan Urbanesia. Semoga Startup lokal Indonesia bisa terus bertambah dan berkembang sehingga bisa merambah pengguna internet internasional seperti Facebook, Twitter, dan lain-lain.

Seluk-beluk Drama di Indonesia

Istilah drama dan teater seyogianya dibedakan artinya. Drama dimaksudkan sebagai karya sastra yang dirancang untuk dipentaskan di panggung oleh para aktor di pentas, sedangkan teater adalah istilah lain untuk drama dalam pengertian yang lebih luas, termasuk pentas, penonton, dan tempat lakon itu dipentaskan. Di samping itu salah satu unsur penting dalam drama adalah gerak dan dialog. Lewat dialoglah, konflik, emosi, pemikiran dan karakter hidup dan kehidupan manusia terhidang di panggung. Dengan demikian hakikat drama sebenarnya adalah gambaran konflik kehidupan manusia di panggung lewat gerak.

Drama Remaja
Apabila dilakukan dengan benar, pembelajaran sastra memiliki empat manfaat bagi para siswa, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta menunjang pembentukan watak. Oleh karena drama, termasuk satu di antara tiga jenis pokok karya sastra, maka mempelajari drama pun dapat membantu para siswa terampil berbahasa, meningkatkan pengetahuan budayanya, mengembangkan cipta dan karsa, serta dapat menunjang pembentukan watak para siswa.

Dalam memilih bahan pembelajaran drama yang akan disajikan perlu dipertimbangkan dari sudut bahasa, kematangan jiwa (psikologi), dan latar belakang kebudayaan para siswa, di samping itu perlu pula diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesukaran dan kriteria-kriteria tertentu lainnya, seperti: berapa banyak teks drama yang tersedia di perpustakaan sekolahnya, kurikulum yang harus diikuti, dan persyaratan bahan yang harus diberikan agar dapat menempuh tes hasil belajar akhir tahun.

Pembelajaran Drama
Ada banyak strategi apresiasi drama sebagai karya sastra. Strategi Strata menggunakan tiga tahapan, yaitu: tahap penjelajahan, tahap interpretasi, dan tahap re-kreasi. Tahap penjelajahan dimaksudkan sebagai tahapan di mana guru memberikan rangsangan kepada para siswa agar mau membaca teks drama dan memahaminya. Tahap interpretasi adalah tahapan mendiskusikan hasil bacaan dengan mendiskusikannya dalam kelompok dengan panduan pertanyaan dari guru. Tahap re-kreasi adalah tahapan sejauh mana para siswa memahami teks drama sehingga mereka dapat mengkreasikan kembali hasil pemahamannya.

Strategi Analisis terhadap teks drama dilakukan dalam tiga tahapan. Tahapan pertama membaca dan mengemukakan kesan awal terhadap bacaannya. Tahap kedua menganalisis unsur pembangun teks drama. Dan tahap ketiga adalah tahap memberikan pendapat akhir yang merupakan perpaduan antara respons subjektif dengan analisis objektif.

Tujuan penting pembelajaran drama adalah memahami bagaimana tokoh-tokoh dalam drama dipentaskan. Dalam pementasan diperlukan pemahaman perbedaan bentuk dan gaya teks drama, serta berbagai macam aturan dalam bermain drama. Cara yang ditempuh, pertama melakukan pembacaan teks drama, berlatih gerak dalam membawakan peran, dan berlatih gerak sambil mengucapkan kata-kata.

Asal-usul Drama di Indonesia
Seperti yang berkembang di dunia pada umumnya, di Indonesia pun awalnya ada dua jenis teater, yaitu teater klasik yang lahir dan berkembang dengan ketat di lingkungan istana, dan teater rakyat. Jenis teater klasik lebih terbatas, dan berawal dari teater boneka dan wayang orang. Teater boneka sudah dikenal sejak zaman prasejarah Indonesia (400 Masehi), sedangkan teater rakyat tak dikenal kapan munculnya. Teater klasik sarat dengan aturan-aturan baku, membutuhkan persiapan dan latihan suntuk, membutuhkan referensi pengetahuan, dan nilai artistik sebagai ukuran utamanya.

Teater rakyat lahir dari spontanitas kehidupan masyarakat pedesaan, jauh lebih longgar aturannya dan cukup banyak jenisnya. Teater rakyat diawali dengan teater tutur. Pertunjukannya berbentuk cerita yang dibacakan, dinyanyikan dengan tabuhan sederhana, dan dipertunjukkan di tempat yang sederhana pula. Teater tutur berkembang menjadi teater rakyat dan terdapat di seluruh Indonesia sejak Aceh sampai Irian. Meskipun jenis teater rakyat cukup banyak, umumnya cara pementasannya sama. Sederhana, perlengkapannya disesuaikan dengan tempat bermainnya, terjadi kontak antara pemain dan penonton, serta diawali dengan tabuhan dan tarian sederhana. Dalam pementasannya diselingi dagelan secara spontan yang berisi kritikan dan sindiran. Waktu pementasannya tergantung respons penonton, bisa empat jam atau sampai semalam suntuk.

Perkembangan Drama di Indonesia
Sejarah perkembangan drama di Indonesia dipilah menjadi sejarah perkembangan penulisan drama dan sejarah perkembangan teater di Indonesia. Sejarah perkembangan penulisan drama meliputi:


  1. Periode Drama Melayu-Rendah, 
  2. Periode Drama Pujangga Baru, 
  3. Periode Drama Zaman Jepang, 
  4. Periode Drama Sesudah Kemerdekaan, dan 
  5. Periode Drama Mutakhir.


Dalam Periode Melayu-Rendah penulis lakonnya didominasi oleh pengarang drama Belanda peranakan dan Tionghoa peranakan. Dalam Periode Drama Pujangga Baru lahirlah Bebasari karya Roestam Effendi sebagai lakon simbolis yang pertama kali ditulis oleh pengarang Indonesia. Dalam Periode Drama Zaman Jepang setiap pementasan drama harus disertai naskah lengkap untuk disensor terlebih dulu sebelum dipentaskan. Dengan adanya sensor ini, di satu pihak dapat menghambat kreativitas, tetapi di pihak lain justru memacu munculnya naskah drama. Pada Periode Drama Sesudah Kemerdekaan naskah-naskah drama yang dihasilkan sudah lebih baik dengan menggunakan bahasa Indonesia yang sudah meninggalkan gaya Pujangga Baru. Pada saat itu penulis drama yang produktif dan berkualitas baik adalah Utuy Tatang Sontani, Motinggo Boesye dan Rendra. Pada Periode Mutakhir peran TIM dan DKJ menjadi sangat menonjol. Terjadi pembaruan dalam struktur drama. Pada umumnya tidak memiliki cerita, antiplot, nonlinear, tokoh-tokohnya tidak jelas identitasnya, dan bersifat nontematis. Penulis-penulis dramanya yang terkenal antara lain Rendra, Arifin C. Noer, Putu Wijaya, dan Riantiarno.

Perkembangan teater di Indonesia dibagi ke dalam: (1) Masa Perintisan Teater Modern, (2) Masa Kebangkitan Teater Modern, (3) Masa Perkembangan Teater Modern, dan (4) Masa Teater Mutakhir. Masa perintisan diawali dengan munculnya Komedi Stamboel. Masa kebangkitan muncul teater Dardanella yang terpengaruh oleh Barat. Masa perkembangan ditengarai dengan hadirnya Sandiwara Maya, dan setelah kemerdekaan ditandai dengan lahirnya ATNI dan ASDRAFI. Dalam masa perkembangan teater mutakhir ditandai dengan berkiprahnya 8 nama besar teater yang mendominasi zaman emas pertama dan kedua, yaitu Bengkel Teater, Teater Kecil, Teater Populer, Studi klub Teater Bandung, Teater Mandiri, Teater Koma, Teater Saja, dan Teater Lembaga.

Ragam Drama
Secara pokok ada lima jenis drama, yaitu: tragedi, komedi, tragikomedi, melodrama, dan farce. Drama tragedi adalah lakuan yang menampilkan sang tokoh dalam kesedihan, kemuraman, keputusasaan, kehancuran, dan kematian. Drama komedi adalah lakon ringan yang menghibur, menyindir, penuh seloroh, dan berakhir dengan kebahagiaan. Tragikomedi adalah gabungan antara tragedi dan komedi. Melodrama adalah lakuan tragedi yang berlebih-lebihan. Dan farce adalah komedi yang dilebih-lebihkan.

Pantun dan Karakter Bangsa

Bahasa adalah sistem arti dan bentuk yang direalisasikan oleh ekspresi (Saragih, 2010:1). Ekspresi dalam kaitan dengan bahasa itu merupakan pengungkapan atau proses menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dan sebagainya. Hal itulah yang menjadikan bahasa disebut sebagai alat ekspresi oleh seseorang atau segolongan orang sehingga sering kali muncul peribahasa bahasa menunjukkan bangsa. Artinya, salah satu parameter ketika sebuah komunitas atau seseorang dapat diketahui dengan memperhatikan bahasa yang digunakannya.

Bahasa, baik secara langsung maupun tidak langsung, memberikan kontribusi dalam pembangunan, khususnya yang berkenaan dengan pembangunan karakter bangsa. Karakter berhubungan dengan jati diri dalam hal keseluruhan kualitas atau personalitas yang dimiliki seseorang, suatu komunitas, atau suatu bangsa. Karakter merupakan realisasi jati diri secara operasional yang membedakan seseorang, suatu komunitas, atau suatu bangsa dengan orang, komunitas, atau bangsa yang lain. Oleh karena itu, karakter juga erat kaitannya dengan jati diri. Salah satu jati diri bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. 

Karakter Bangsa
Karakter bangsa menjadi topik yang akhir-akhir ini banyak diperbincangkan di berbagai forum. Urgensi soal itu tampak di dunia pendidikan yang lekat dengan terminologi pendidikan berkarakter. Dalam konteks itu, tentu saja karakter yang diinginkan adalah karakter bangsa yang positif.
Karakter bangsa yang positif dapat membantu percepatan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Karakter menurut Saragih (2010: 7) diinterpretasikan sebagai realisasi operasional jati diri dan identitas seseorang atau suatu bangsa jika seseorang atau bangsa itu dihadapkan pada persoalan yang harus diselesaikan atau diatasi untuk mencapai kesejahteraannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa jati diri bersifat konseptual, sedangkan karakter bersifat operasional; jati diri merupakan kapasitas, sedangkan karakter merupakan realitas; jati diri bersifat statis, sedangkan karakter bersifat dinamis. Pencarian karakter bangsa sangat berkaitan dengan pencarian jati diri bangsa. Apakah kita mencermati kondisi di Indonesia akhir-akhir ini yang tampak di media massa,  seolah-olah karakter bangsa kita cenderung anarkistis. Padahal karakter selalu mengacu pada hal yang positif.     

Pantun
Salah satu tradisi lisan berupa karya sastra yang hampir ada di setiap wilayah di Indonesia adalah pantun. Sebagian pendapat pakar menyatakan bahwa pantun berasal dari bahasa Melayu. Oleh karena itu, perkembangan pantun relatif lebih maju di wilayah dengan mayoritas penutur bahasa Melayu. Berdasarkan pengategorian jenis sastra, pantun termasuk dalam jenis puisi lama.

Pantun diikat oleh beberapa aturan yang harus dipenuhi. Aturan pembentukan pantun,  misalnya, terdiri atas empat baris dalam setiap baitnya, baris 1 dan 2 merupakan sampiran dan baris 3 dan 4 merupakan isi. Selain itu, pantun dari sisi prosodi harus memiliki bunyi yang enak didengar dan teratur. Prosodi dalam pantun itu berkaitan dengan rima, irama, dan bait dalam pantun.

Dalam perkembangan selanjutnya, pantun telah merambah ke segala aspek kehidupan manusia apabila ditilik berdasarkan isi atau muatannya. Dari aspek pemilihan kata, pantun saat ini telah berkembang dengan menggunakan kata yang akrab di telinga masyarakat. Pantun saat ini tidak lagi bertumpu pada penggunaan kata yang arkais atau usang. Perkembangan seperti itu di satu sisi menggembirakan, tetapi di sisi lain seolah-olah pantun seperti kehilangan daya magisnya. Mungkin kita dapat merasakan perbedaan antara pantun yang memiliki daya hidup yang lebih lama dengan pantun yang dibuat secara spontan. Sebuah pantun yang telah lama dikenal dan diketahui oleh masyarakat akan tetap eksis di dalam penggunaannya.

Karakter Bangsa dalam Pantun
Hubungan bahasa dengan jati diri dan karakter suatu bangsa adalah hubungan realisasi. Bahasa suatu komunitas atau bangsa yang sudah bermuatan ideologi, budaya, dan situasi sosial  membangun jati diri suatu bangsa. Ketika dihadapkan pada masalah aktual, jati diri didayagunakan dalam bentuk karakter. Karakter bangsa Indonesia dapat dibangun atau diketahui berdasarkan sifat hakiki bahasa atau pemakaian bahasa. Salah satu sisi pemakaian bahasa Indonesia dalam karya sastra yang menunjukkan akan adanya karakter bangsa ialah pantun.

Terlepas dari persoalan perkembangan pantun yang terus berjalan hingga hari ini, terdapat beberapa hal yang menarik dari pantun yang ada. Boleh dikatakan bahwa pantun lama  lebih memiliki daya ungkap yang dapat dikaitkan dengan karakter bangsa. Berdasarkan pengamatan terhadap muatan beberapa pantun sebagai sampel, penulis dapat menarik sebuah garis besar tentang adanya keterkaitan antara sebuah pantun dan karakter sebuah bangsa.  Simpulan yang pertama berkaitan dengan karakter logis. Berikut ini penulis tampilkan contoh pantun.

Kalau ada sumur di ladang
boleh kita menumpang mandi
Kalau ada umurku panjang
boleh kita berjumpa lagi
      
Kalau harimau sedang mengaum
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama

Dua pantun di atas memiliki kelogisan makna terutama pada aspek isi (baris 3—4). Akan tetapi, kelogisan itu di satu sisi juga memiliki unsur pasrah pada keadaan yang ada. Hal itu terutama tampak di baris 1 dan 3 (sampiran). Amatan terhadap pantun yang dikaitkan dengan sikap cenderung pasrah atau menerima saja tampak pada baris 1 dan baris 3 yang menggunakan pilihan kata kalau. Mengapa demikian? Apabila kita amati pantun pertama, ungkapan seperti kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi mengandung makna kita masih belum tahu pasti atau tidak yakin bahwa di ladang tersebut ada atau tidak ada sumur. Kalaupun ada sumur, tentulah kita mandi dan sudah pasti pula kalau umurnya panjang, pasti akan berjumpa lagi. Bagaimana seandainya di ladang tidak ada sumur? Sudah tentu kita tidak akan mandi. Gambaran itulah yang dapat kita telisik pada penggunaan pilihan kata kalau. Pada perspektif yang lain, jika di ladang tersebut tidak ada sumur, alangkah bijaknya apabila kita mencari sumur di tempat lain, bukan hanya pasrah dan berdiam diri. Begitulah yang disebut bahwa kita mau berusaha.

Contoh pantun kedua pun demikian. Pantun kedua pada sisi isinya menunjukkan bahwa belajar bersama-sama hanya dilakukan kalau ada ulangan umum. Bagaimana halnya kalau tidak ada ulangan umum? Masihkah dilakukan kegiatan belajar bersama? Atas pertanyaan tersebut, banyak alternatif jawaban. Pada sisi struktur pantun, tidak tampak jawaban yang mengarah pada alternatif bahwa belajar bersama tetap dilakukan dalam kondisi apa pun, bukan hanya karena ada ulangan.

Karakter bangsa dalam pantun seperti itu masih banyak kita temukan pada pantun yang lain. Namun, penulis menyinyalir masih ada karakter bangsa yang lain yang dapat digali untuk diketahui melalui medium pantun. Karakter tersebut, selain logis dan pasrah, adalah karakter semangat dalam belajar atau menuntut ilmu. Karakter tersebut tampaknya tidak hanya tampak di dalam pantun, tetapi juga sering kita temukan dalam peribahasa. Hal itu semakin menunjukkan bahwa karakter untuk terus menuntut ilmu sudah sejak lama diajarkan oleh para pendahulu kita. Berikut contoh pantun yang memuat semangat menuntut ilmu.

Ke hulu membuat pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Supaya jangan sesal kemudian

Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan

Contoh pantun di atas sangat tampak adanya karakter semangat dalam belajar atau menuntut ilmu. Hal itu dapat diperoleh pada ajaran agama mayoritas di Indonesia, yaitu Islam. Ajaran Islam mewajibkan kepada pemeluknya untuk menuntut ilmu dari sejak di kandung badan sampai dengan ke liang lahat. Betapa pentingnya menuntut ilmu menjadikan topik tersebut dapat ditemukan di sebagian besar pantun yang ada. Karakter bangsa yang bertemakan semangat belajar atau menuntut ilmu juga dapat ditemukan tidak hanya pada pantun, tetapi juga di dalam bentuk sastra lama lainnya.    

Dikaitkan dengan delapan belas karakter bangsa yang pernah dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (saat itu Kementerian Pendidikan Nasional) yang meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, rasa kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab, pantun dapat mengakomodasi semua pemikiran tersebut. Karakter bangsa yang bernilai positif tersebut didokumentasikan ke dalam pantun dan operasionalnya berada pada kultur atau perilaku masyarakat kita.

Sumber: Badan Bahasa Kemdikbud