Nama
: Dita Logiarti (12113607)
Kelas
: 3KA07
1.
Aspek
Penalaran Dalam Karangan
1.
Kegiatan
menulis sebagai proses bernalar
Menulis merupakan suatu pengungkapan
pikiran yang dituangkan ke dalam bentuk sebuah tulisan. Ide yang dituangkan
oleh si penulis dapat berasal dari pengalaman dan pengetahuan atau pun
imajinasi dari si penulis.
Menulis merupakan proses bernalar.
Dimana pada saat kita ingin menulis sesuatu tulisan baik itu dalam bentuk
karangan atau pun yang lainnya, maka kita harus mencari topiknya terlebih
dahulu. Dan dalam mencari suatau topik tersebut kita harus berfikir, maka pada
saat kita berfikir tanpa kita sadari kita sendiri telah melakukan proses
penalaran. maka pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan sedikit mengenai
menulis merupakan prosae bernalar.
Setiap hari kita selalu menggunakan
otak kita untuk berfikir, bahkan setiap detik dan menit kita menggunakan otak
kita untuk berfikir. Pada saat kita berpikir, maka dalam benak kita akan akan
timbul bermacam-macam gambaran tentang sesuatu yang hadirnya tidak secara
nyata. misalnya pada saat-saat kita melamun. Kegiatan berpikir yang lebih
tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan,
dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir
vang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
kita ambil kesimpulan bahwa proses bernalar atau singkatnya penalaran merupakan
proses berpikir yang sistematik untuk memperolch kesimpulan berupa pengetahuan.
1. Pengertian dan Jenis Penalaran
Penalaran (reasioning) adalah suatu
proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta atau petunjuk menuju
suatu kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses berpikir yang
sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan. Bahan pengambilan
kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para
ahli (otoritas). Secara umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan,
yakni penalaran induktif dan deduktif.
2. Penalaran Induktif dan Coraknya
Penalaran induktif adalah suatu
proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang
umum.
3. Penalaran Deduktif dan Coraknya
Penalaran deduksi adalah suatu
proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang umum (prinsip, hukum, teori
atau keyakinan) menuju hal-hal khusus. Berdasarkan sesuatu yang umum itu,
ditariklah kesimpulan tentang hal-hal khusus yang merupakan bagian dari kasus
atau peristiwa khusus itu.
Contoh :
Semua makhluk hidup akan mati
Manusia adalah makhluk hidup
Karena itu, semua manusi akan mati.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa proses penalaran
itu berlangsung dalam tiga tahap.
1)
Pertama,
generalisasi sebagai pangkal bertolak (pernyataan pertama merupakan
generalisasi yang bersumber dari keyakina atau pengetahuan yang sudah diketahui
dan diakui kebenarannya.
2) Kedua, penerapan atau perincian
generalisasi melalui kasus atau kejadian tertentu.
3) Ketiga, kesimpulan deduktif yang
berlaku bagi kasus atau peristiwa khusus itu.
4) Penalaran deduktif dapat dilakukan
dengan dua cara
2.
Aspek penalaran
dalam sebuah karya tulis ilmiah
Aspek Penalaran dalam Karya Ilmiah Suatu
karangan sesederhana apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang.
Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir penyusuan karangan itu sendiri.
Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek. Kelima aspek tersebut
adalah :
1. Aspek Keterkaitan
1. Aspek Keterkaitan
Aspek
keterkaitan adalah hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain dalam suatu
karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu
sama lain. Pada pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus
berkaitan dengan bagian landasan teori, pembahasan, dan harus berkaitan juga
dengan kesimpulan.
2. Aspek Urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang suatu yang harus didahulukan atau ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu. Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah.
3. Aspek Argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam analisis harus memuat argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
4. Aspek Teknik Penyusunan
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten. Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah merupakan syarat multak yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.
5. Aspek Bahasa
Yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku? Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk karangan ilmiah akademis.
2. Aspek Urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang suatu yang harus didahulukan atau ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu. Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah.
3. Aspek Argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam analisis harus memuat argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
4. Aspek Teknik Penyusunan
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten. Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah merupakan syarat multak yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.
5. Aspek Bahasa
Yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku? Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk karangan ilmiah akademis.
2. Penalaran Induktif
1. Definisi penalaran induktif
Penalaran induktif adalah cara berpikir dengan menarik
kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus.
Misalnya pada pengamatan atas logam besi, alumunium, tembaga dan sebagainya.
Jika dipanasi ternyata menunjukkan bertambah panjang. Dari sini dapat
disimpulkan secara umum bahwa logam jika dipanaskan akan bertambah panjang.
Biasanya penalaran induktif ini disusun berdasarkan pengetahuan yang dianut
oleh penganut empirisme.
·
contoh
penalaran induktif adalah : kerbau punya mata. anjing punya mata. kucing punya
mata:. setiap hewan punya matapenalaran induktif membutuhkan banyak sampel
untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran
induktif erat dengan pengumpulan data dan statistik.
2.
Generalisasi
Generalisasi
yaitu proses penalaran dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan
sejumlah data.
Contoh
:
Hasil UTS mata pelajaran
Bahasa Indonesia untuk kelas 3EA06 telah keluar. Ternyata dari 40 mahasiswa
hanya 10 orang yang mendapat nilai 90. Setengahnya mendapat nilai antara 80 –
65 dan tidak ada seorang pun yang mendapat nilai di bawah 65. Itu berarti dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa kelas 3EA06 cukup pintar dalam mengerjakan soal
Bahasa Indonesia.
Macam – macam generalisasi :
a. Generalisasi sempurna yaitu generalisasi
dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan penyelidikan. Contoh :
sensus penduduk
b. Generalisasi tidak sempurna yaitu
generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki
diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Generalisasi ini
dapat menghasilkan kebenaran bila melalui pengujian yang benar.
3.
Analogi
Analogi yaitu cara penarikan penalaran dengan
membandingkan dua hal yang memilki sifat yang sama.
Contoh :
Danih adalah seorang altlet lari kebanggaan Indonesia. Setiap hari
dia selalu berlatih keras untuk meningkatkan kemampuan berlarinya. Demikian
juga dengan Sandy, dia merupakan seorang polisi yang memerlukan fisik yang kuat
untuk menjalankan tugasnya sebagai aparat penegak hukum. Keduanya membutuhkan
mental dan fisik yang kuat untuk bertanding atau mambantu masyarakat melawan
kejahatan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan polisi harus memilki mental
dan fisik yang kuat dengan cara selalu berlatih.
4.
Hubungan kausal
Hubungan
kausal yaitu penalaran yang diperoleh dari gejala – gejala yang saling
berhubungan. Contoh :
Jika
dipanaskan, tembaga memuai.
Jika
dipanaskan emas memuai
Macam
– macam hubungan kausal :
a. Sebab - akibat
Contoh
:
Sejumlah pengusaha
angkutan di Bantul terpaksa gulung tikar karena pendapatan yang mereka peroleh
tidak bisa menutup biaya operasional. Minimnya pendapatan karena sebagian besar
penumpang membayar ongkos dibawah ketentuan tarif yang sudah ditetapkan, akibat
ketidakmampuan ekonomi. (Sumber : Kompas, 10 Mei 2008).
b. Akibat -sebab
Contoh
:
Andi mendapat nilai yang
memuaskan pada ujian semester kenaikan kelas. Dia mendapat rangking pertama di
kelasnya. Hasil yang diperoleh Andi ini dia dapatkan karena belajar yang sangat
tekun setiap harinya.
c.
Akibat – akibat
Contoh
:
Kemarin Lusi mengalami
kecelakaan akibat menabrak pembatas jalan. Akibat dari kecelakaan tersebut dia
mengalami patah kaki dan harus dirawat di rumah sakit.
3.
Penalaran Deduktif
1. Silogisme
Silogisme
adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan)
yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang merupakan proposisi yang
ketiga. Proposisi merupakan pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau
dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung didalamnya.
Dari
pengertian di atas, silogisme terdiri atas tiga bagian yakni: premis mayor,
premis minor, dan kesimpulan. Yang dimaksud dengan premis adalah proposisi yang
menjadi dasar bagi argumentasi. Premis mayor mengandung term mayor dari
silogisme, merupakan geeralisasi atau proposisis yang dianggap bear bagi semua
unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor mengandung term minor atau
tengah dari silogisme, berisi proposisi yang mengidentifikasi atau menuntuk
sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu. Kesimpulan
adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas,
akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya.
Contoh:
Premis mayor : Semua cendekiawan
adalah pemikir
Premis minor : Habibie adalah
cendekiawan
Kesimpulan : Jadi, Habibie adalah
pemikir
2. Entimen
Entiem
adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang
dianggap telah dipahami.
Contoh:
Berangkat dari bentuk silogisme
secara lengkap:
Premis mayor : Semua renternir
adalah penghisap darah dari orang yang
sedang kesusahan
Premis minor : Pak Sastro adalah
renternir
Kesimpulan : Jadi, Pak Sastro adalah
peghisap darah orang yang
Sumber :
https://apriyantiweny.wordpress.com/2015/04/23/menulis-sebagai-proses-penalaran/
Sumber :
https://apriyantiweny.wordpress.com/2015/04/23/menulis-sebagai-proses-penalaran/